Kelompok 2 (1B2) :
Martha Diana P.P. (A102.07.027)
Monica Risti N. (A102.07.028)
Nadia Despina Araya (A102.07.030)
Nurul Halifah (A102.07.031)
Oktavina Candrawati (A102.07.032)
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan oesophagus adalah menelan atau deglutition. Menelan dimulai ketika bolus didorong oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan kemudian secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan. Menelan dimulai secara volunter, tetapi setelah dimulai proses tersebut tidak dapat dihentikan. Menelan (deglutition) adalah suatu respon reflek yang dicetuskan oleh impuls aferen nervus trigeminus, glosopharingeus dan vagus.
Menelan dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Tahap
Oral
Fase oral, bersifat volunter/sadar (sesuai perintah otak) yang dilakukan oleh lidah. Perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring
segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletakkan bolus
diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai
dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum
sehingga bolus terdorong ke faring. Palatum molle tertarik ke
atas untuk mencegah makanan masuk hidung, dan lipatan palatofaring di setiap sisi faring
mendekat bersama, agar hanya bolus yang berukuran kecil saja yang bisa lewat.
2. Tahap Orofaring
Tahap orofaring berlangsung sekitar satu detik dan berupa
perpindahan bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke oesophagus, saat
menelan ini bolus harus diarahkan ke dalam oesophagus dan dicegah untuk masuk
ke saluran lain seperti kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk
ke trakea, dengan cara :
Selama menelan posisi lidah menekan palatum durum untuk mencegah
makanan kembali ke mulut.
Uvula elevasi atau terangkat di bagian belakang tenggorokan, sehingga saluran hidung tertutup dari faring dan makanan tidak masuk hidung. Makanan dicegah masuk trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan pita suara melintasi laring atau glotis. Selama menelan pita suara melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suara merapat erat satu sama lain, sehingga pintu masuk glotis tertutup. Selain itu bolus menyebabkan epiglotis tertekan ke belakang menutupi glotis yang mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan. Dengan laring dan trakea tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke dalam oesophagus.
Uvula elevasi atau terangkat di bagian belakang tenggorokan, sehingga saluran hidung tertutup dari faring dan makanan tidak masuk hidung. Makanan dicegah masuk trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan pita suara melintasi laring atau glotis. Selama menelan pita suara melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suara merapat erat satu sama lain, sehingga pintu masuk glotis tertutup. Selain itu bolus menyebabkan epiglotis tertekan ke belakang menutupi glotis yang mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan. Dengan laring dan trakea tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke dalam oesophagus.
Bolus dengan viskositas yang tinggi
akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan
memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya
volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,
pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus
bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
3. Tahap Oesophagus
Selanjutnya, makanan masuk ke dalam
esophagus karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di depan makanan
mengendor dan di belakang makanan berkontraksi, sehingga gelombang peristaltic
menghantarkan bola makanan ke lambung. Pusat menelan memulai gelombang
peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung oesophagus, mendorong
bolus didepannya melewati oesophagus ke lambung. Peristaltik mengacu pada
kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif
ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi.
Dengan demikian pendorongan makanan melalui oesophagus adalah proses aktif yang
tidak mengandalkan gravitasi. Makanan dapat didorong ke lambung bahkan dalam
posisi kepala di bawah. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5 – 9 detik
untuk mencapai ujung bawah oesophagus. Kemajuan gelombang tersebut dikontrol
oleh pusat menelan melalui persyarafan vagus.
Sekresi oesophagus seluruhnya bersifat protektif dan berupa mukus, mukus disekresikan di sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mukus oesophagus memperkecil kemungkinan rusaknya oesophagus oleh bagian-bagian makanan yang tajam, mukus juga melindungi dinding oesophagus dari asam dan enzim getah lambung apabila terjadi refluks lambung.
Sekresi oesophagus seluruhnya bersifat protektif dan berupa mukus, mukus disekresikan di sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mukus oesophagus memperkecil kemungkinan rusaknya oesophagus oleh bagian-bagian makanan yang tajam, mukus juga melindungi dinding oesophagus dari asam dan enzim getah lambung apabila terjadi refluks lambung.
gb. oesophagus